Jumat, 03 Juni 2011

Biosurfaktan

Biosurfaktan adalah bahan untuk mengatasi berbagai pencemaran lingkungan yang disebabkan karena pencemaran senyawa hidrokarbon, serta dapat pula digunakan untuk berbagai bidang seperti obat-obatan, kosmetik, proses industri makanan, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil, aktivitas, dan laju reaksi dari kultur Cryptococcus sp. hasil isolasi dari Pelabuhan Tanjung Perak dengan membandingkan antara pengontrolan pH dan tanpa pengontrolan pH selama pertumbuhannya. Substrat yang digunakan adalah minyak kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati kurva pertumbuhan Cryptococcus sp. menggunakan 2% minyak uji dan 2% mikroba pada fermentor batch dengan berbagai variasi kecepatan pengadukan yaitu 90, 120, 150 dan 180 rpm. Selanjutnya diamati laju reaksi selama proses pertumbuhan sel dan pembentukan produk biosurfaktannya pada variasi kecepatan pengadukan yang memberikan produk terbaik. Produk biosurfaktan yang terbentuk ditimbang hasilnya dan diamati aktivitasnya. Dari hasil percobaan tanpa kontrol pH didapatkan kecepatan pengadukan terbaik adalah 120 rpm karena kurva pertumbuhan pada hari ke-5 sudah menuju awal fase stasioner dan mampu mneurunkan tegangan permukaan air hingga 33.99 mN/m serta viskositasnya cenderung menurun yang menunjukkan terbentuknya produk biosurfaktan. Dari kurva kinetika dengan menggunakan persamaan max = 4,5517 hari-1, dan Ks = 484,4333 mg/L.Lineweaver-Burk didapatkan Sedangkan pada percobaan dengan kontrol pH dengan kecepatan pengadukan 120 rpm, awal fase stasioner dimulai pada hari ke-7 tetapi dengan jumlah sel yang lebih besar dan tidak berkorelasi dengan tegangan permukaan karena hanya menurunkan tegangan permukaan air hingga 31.68 mN/m. Dari kurva max =kinetika dengan menggunakan persamaan Lineweaver-Burk didapatkan 1,1036 hari-1 dan Ks = 80,2174 mg/L. Produk kasar yang didapatkan 1,02 g/L, tidak stabil pada pH 3 dan pH 11 tetapi stabil pada pH 7, serta stabil hanya pada suhu 30 °C. Analisa kualitatif komponen biosurfaktan menunjukkan biosurfaktan terdiri dari protein, fosfat, asam lemak tanpa adanya karbohidrat.

Rabu, 01 Juni 2011

Friend Or Foe !

Kejadian itu menjadi seuntai mutiara yang sangat berharga bagiku. Sebuah pelajaran penting yang mungkin seorang mahasiswa berprestasi pun tidak akan mengerti. Semua itu tidak ada didalam buku manapun, bahkan buku langka sekalipun. Sesuatu yang sangat berharga dan tidak semua orang dapat menyadarinya.
Aku tidak bisa melupakan kejadian itu. Aku sangat ingat bagaimana seorang mahasiswa calon ketua himpunan tega membentak-bentak mahasiswi didepan umum. Padahal mereka berteman dan satu angkatan di fakultas teknologi. Bentakan yang berasal dari permasalahan yang jika anak kecil sekalipun tau tentang permasalahan itu, pasti akan menertawakannya. Ah. Sangat sepelekah permasalahan itu, tapi mengapa aku berfikir keras untuk menjawab sebuah pertanyaan yang datang dari amarah?
Hanya ada dua pilihan. Sekarang kamu pilih, kita teman atau musuh !

Waktu itu, kamis 19 mei 2011 adalah jadwal praktikum mikrobiologi industry di laboratorium analisis fakultas teknologi. Aku bersama teman yang lain duduk dikursi dekat lab. Tapi tiba-tiba saja Fauzan datang merusak suasana kami.
“Aku mau tanya dengan kalian semua yang ada disini. Siapa yang nyoret presensiku,” tanya Fauzan dengan nada suara yang tak bisa dianggap sopan. Setidaknya kepada perempuan. Lalu akupun memberanikan diri untuk mengakuinya dengan cara mengangkat tangan.
“Kenapa dicoret!” tanya Fauzan dengan marah.
“Karena Kamu enggak masuk kuliah Zan,” jawabku dengan suara yang sedikit gemetar.
“Tapi Kamu enggak berhak melakukan itu. Yang berhak mencoret presensi itu adalah dosen. Dan Kamu komti bukan dosen!” bentak Fauzan sambil mengacungkan jari telunjuk tepat di depan mukaku.
Aku semakin gugup. Berusaha mengendalikan diri agar tetap terlihat biasa-biasa saja. Meski sebenarnya aku ingin menangis.
“Aku berhak Zan. Karena aku telah mendapat amanah untuk mencoret presensi mahasiswa yang tidak masuk kuliah. Jika Kamu enggak percaya, silakan tanya langsung kepada pak Toro,” aku mencoba membela diri. Meski sebenarnya aku benar-benar takut.
“Zan… Kamu enggak seharusnya marah kayak gini kepada Maya. Dia hanya menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Lagian kamu tadi dengar sendirikan, dia mencoret presensi mahasiswa yang enggak masuk kuliah. Jadi bukan hanya kamu dong yang dicoret, tapi teman-teman yang lain juga dicoret jika mereka enggak masuk,” sahut Wulan yang mencoba memberi pengertian kepada Fauzan.
“Iya Zan, presensiku juga dicoret. Harusnya kita sadar mengapa Maya melakukan itu. Mungkin ini teguran kepada kita, dan kita harusnya berterimakasih. Karena dengan tindakannya yang tegas sebagai komti, kita mahasiswa yang sering bolos jadi lebih rajin masuk kuliah. Jangan hanya titip tanda, itu mah sama saja kita seperti hantu yang tampak. Tanda tangan presensi hadir, kitanya enggak ada,” Shinta menambahkan.
Ada perasaan sedikit tenang di hatiku mendengar perkataan Wulan dan Shinta. Akupun berharap Fauzan dapat mengerti, dapat bersikap dewasa atas permasalahan yang benar-benar tak seharusnya diributkan.
Andai saja aku tau, betapa berat menjaga dan bertanggung jawab atas amanah yang dititipkan kepada kita. Sungguh akupun tak pernah mau untuk menerimanya...

Aku pulang dengan perasaan tak menentu. Dalam hatiku, timbul firasat buruk kepada temanku sendiri Fauzan. Sepertinya, dia tetap tidak terima dan tak mau ambil resiko atas perbuatannya sendiri. Meski sebenarnya dia tau betul tentang resiko tidak masuk kuliah. Yaitu tak dapat mengikuti ujian akhir semester apabila nilai kehadiran lebih dari 20%. Maka dari itulah, dia dan mahasiswa lain lebih mengambil langkah aman dengan cara meminta teman yang lain mentanda tangani presensi, semirip tanda tangan yang aslinya. Hufh. Bukankah itu curang? Tapi mengapa hal yang demikin dikatakan mulia. Ah. Masih teringat jelas di otakku saat Anto bilang, kita adalah satu keluarga yang harusnya saling tolong menolong. Begitupun juga dengan perkataan Rio yang membuat aku kemudian berfikir, ada apa dengan kalian? Mengapa kalian mempertahankan hal yang tak pernah mendidik kita menjadi orang benar? Dulu memang tak pernah ada system coret-coret presensi. Sehingga dengan seenaknya saja kalian titip presensi, kemudia saat ujian kalianpun ikut ujian. Apa kalian tak pernah berfikir bahwa perbuatan kalian salah? Atau setidaknya kasian, kepada mahasiswa lain yang pagi hari sudah bersiap untuk pergi ke kampus.
Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa tidur. Aku bangkit dari tempat tidur. Ku hadapkan badan ke arah kiblat. Ku angkat tangan dan kemudian berdoa memohon semua akan baik-baik saja.
Keesokan harinya adalah hari yang membuat aku gusar. Aku tidak bisa tenang sejak pagi tadi. Setelah selesai kuliah rekayasa proses aku berlari menuju ruang dosen. Mengadukan semua yang terjadi kemarin.
Tok tok tok… ku ketuk pintu yang bercat hijau dengan papan nama Dr.Toro Sulaeman, STP. “Assalamualaikum …,”
“Walaikumsalam. Silakan masuk,” jawab seseorang di dalam ruangan.
Beberapa detik kemudian, aku telah berada diruang sempit yang berukuran 20x25 m2, namun aku larut dengan fikiranku. Tentang bagaimana caranya aku menyampaikan apa yang telah terjadi kemaren. Sampai-samapi aku tak mendengar kalau bapak Toro telah menanyaiku.
“Maya, ada apa?” tanya bapak Toro yang mungkin sudah beberapa kali menanyaiku, namun aku sendiri tak mendengarnya lantaran terlalu sibuk dengan fikiranku sendiri.
“Eh, iya pak. Saya hanya mau menyampaikan tentang persoalan presensi mahasiswa,” jawabku datar.
Kurang lebih satu jam, aku berada di ruangan dosen penanggung jawab matakuliah kimia itu kemudian akupun keluar. Aku merasakan semilir angin yang bertiup, menggoyangkan ujung jilbab yang ku kenakan. Langkah demi langkah ku rasakan ada perasaan yang lega. Rasanya semua beban yang begitu berat, kini telah hilang seiring dengan selesainya cerita yang ku sampaikan dari A sampai Z kepada pak Toro.
Seperti paku yang tertancap kuat di dinding-dinding, seperti itu juga perkataan pak Toro begitu terekam kuat di memori otakku. “Ini memang hal kecil yang harusnya tidak perlu diributkan. Bapak menitip amanah baru skala kecil, tapi dari amanah kecil ini kamu dapat bertanggung jawab untuk hal yang lebih besar dikemudian hari.” Ah. Bapak begitu bijak perkataan yang engkau lontarkan kepadaku, tanpa sedikitpun kau menghakimi aku sebagai mahasiswamu. Bapak terimakasih atas penjelasan singkat namun sangat berpengaruh kepadaku. Kini aku merasa jauh lebih percaya diri dan yang lebih penting, aku takkan pernah takut untuk menerima amanah yang diberikan kepadaku.
Fauzan… jika kemaren kamu pernah bertanya kepadaku, apakah aku ingin menjadi teman atau musuhmu? Kini pertanyaan itu akanku jawab. Aku ingin berteman dengan dirimu. Tapi aku ingin menjadi musuh bagi sikapmu !


Pena : Anna Yulia

Jumat, 06 Mei 2011

PENGARUH PENYIMPANAN SUHU RENDAH,KAMAR,TINGGI PADA AW (WATER ACTIFITY)

Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan asal hewan perlu dilakukan apabila kita menginginkan bahan makanan tersebut tidak cepat rusak atau cepat menjadi busuk, melainkan menjadi tahan lama. Kerusakan bahan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut berkembangbiak dan bermetabolisme sedemikian rupa sehingga bahan makanan mengalami perubahan yang menyebabkan kegunaannya sebagai bahan pangan menjadi terganggu. Proses kerusakan ini dimungkinkan karena bahan makanan memiliki persyaratan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian, kerusakan bahan makanan dapat terjadi apabila tersedia substrat (yaitu bahan makanan tsb.) yang cocok, kemudian bahan makanan itu telah tercemar oleh mikroorganisme dan ada kesempatan bagi mikroroganisme untuk berkembangbiak. Usaha pengendalian mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme telah diketahui sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut umumnya dibagi ke dalam lima bahasan yaitu a) waktu generasi; b) faktor intrinsik; c) faktor ekstrinsik; d) faktor proses dan e) faktor implisit.


Waktu generasi

Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi. Beberapa contoh waktu generasi pada suhu pertumbuhan yang optimal antara lain 30 menit untuk Bacillus cereus, 20 menit untuk Escherichia coli dan Salmonella, dan 10 menit untuk Clostridium perfringens.

Faktor intrinsik

Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan antimikroba dan struktur bahan makanan.

Ukuran keasaman atau pH adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 – 7,5) sedangkan kapang dan ragi pada pH 4,0-6,5.

Aktivitas air (aw) adalah perbandingan antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap air solven murni pada temperatur yang sama ( aw = p/po ). Ini merupakan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan dan bukan berarti jumlah total air yang terkandung dalam bahan makanan sebab adanya adsorpsi pada konstituen tak larut dan absorpsi oleh konstituen larut (mis. gula, garam). Air murni mempunyai aw 1,0 dan bahan makanan yang sepenuhnya terdehidrasi memiliki aw = 0. Bakteri Gram negatif lebih sensitif terhadap penurunan aw dibandingkan bakteri lain. Batas aw minimum untuk multiplikasi sebagian besar bakteri adalah 0,90. Escherichia coli membutuhkan aw minimum sebesar 0,96, sedangkan Penicillium 0,81. Meskipun demikian aw minimum untuk Staphylococcus aureus adalah 0,85.

Beberapa unsur dalam bahan makanan mempunyai sifat antimikroba. Susu sapi mengandung laktoferin, konglutinin, lisozim, laktenin dan sistem laktoperoksidase. Bahan antimikroba dalam telur adalah lisozim, konalbumin, ovomukoid, avidin. Sistem laktoperoksidase terdiri dari laktoperoksidase, tiosianat dan peroksidase. Ketiga komponen ini diperlukan untuk efek antimikroba. Susu kambing mengandung lebih banyak lisozim dibandingkan susu sapi. Meskipun demikian kandungan lisozim susu lebih rendah bila dibandingkan dengan putih telur. Laktoferin adalah protein penangkap Fe dalam susu dan dapat disamakan dengan konalbumin putih telur. Lisozim yang terdapat dalam telur menyebabkan lisis lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri. Kandung lisozim dalam telur adalah 3,5 %.

Struktur bahan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme misalnya lemak karkas dan kulit pada karkas unggas dan karkas babi dapat melindungi daging dari kontaminasi mikroorganisme. Kerabang telur yang mempunyai pori-pori sebesar 25-40 µm dapat mempersulit masuknya mikroorganisne ke dalam telur walau tidak dapat mencegah tetap masuknya mikroorganisme. Mikroorganisme akan ditahan oleh lapisan membran dalam yang mencegah masuknya mikroorganisme ke albumen. Daging giling atau daging yang sudah dipotong menjadi bagian lebih kecil akan lebih memberi kemudahan bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dibandingkan dengan pada daging karkas.


Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet.

Berdasarkan suhu optimumnya, mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil dengan suhu optimum kurang dari + 20 °C, mesofil (+20° s/d + 40 °C) dan termofil (lebih dari +40 °C). Pada suhu minimum terjadi perubahan membran sel sehingga tidak terjadi transpor zat hara. Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi denaturasi enzim, kerusakan protein dan lipida pada membran sel yang menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Mikroorganisme patogen biasanya termasuk ke dalam kelompok mesofil. Pengaruh suhu rendah pada mesofil adalah inaktivasi dan perubahan struktur protein permease. Kapang mempunyai kisaran pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan bakteri, sedangkan ragi mampu tubuh pada kisaran psikrofil dan mesofil. Mikroorganisme juga dapat diklasifikasikan menurut resistensinya terhadap temperatur yang tidak menguntungkan yaitu psikrotrof (tumbuh pada suhu kurang dari + 7 °C) dan termotrof (tumbuh pada suhu lebih dari + 55 °C).

Kelembaban lingkungan (relative humidity, RH) penting bagi aw bahan makanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan bahan makanan. Ruang penyimpanan yang memiliki RH rendah akan menyebabkan bahan makanan yang tidak dikemas mengalami kekeringan pada permukaannya dan dengan demikian mengubah nilai aktivitas airnya.Produk bahan makanan yang kering ini bila dibawa ke lingkungan yang lembab (RH tinggi) akan menyerap kelembaban sehingga permukaannya dapat ditumbuhi jamur. Hal yang sama akan terjadi bila bahan makanan yang telah didinginkan dibawa ke lingkungan yang lebih hangat. Hal ini akan menyebabkan kondensasi air di bagian permukaannya. Proses ini penting untuk diperhatikan pada pengepakan produk yang dapat membusuk, karena biasanya ruang pengepakan lebih hangat dibandingkan dengan ruang pendingin, sehingga akan terbentuk lapisan tipis air kondensasi. Hal ini akan menyebabkan peningkatan aktivitas air yang pada gilirannya dapat mempermudah pertumbuhan mikroorganisme.

Penyimpanan bahan makanan di ruang terbuka meningkatkan kadar CO2 sampai 10 % yang dapat dicapai dengan menambahkan es kering (CO2) padat. Penghambatan oleh CO2 meningkat sejalan dengan menurunnya suhu karena solubilitas CO2 meningkat pada suhu rendah. Bakteri Gram negatif lebih rentan terhadap CO2 dibandingkan bakteri Gram positif. Pseudomonas paling rentan sedangkan bakteri asam laktat serta bakteri anaerob paling tahan.

Adanya cahaya dan sinar ultra violet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan toxin yang dihasilkannya, misalnya pada Aspergillus ochraceus.


Faktor proses

Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah lingkungan mikro bahan makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan, modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan pemberian bahan imbuhan pangan.


Faktor implisit

Faktor lain yang berperan adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme atau antagonisme di antara mikroorganisme yang ada dalam “lingkungan” bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda. Interaksi ini dapat saling mendukung maupun saling menghambat (terjadi sinergisme atau antagonisme).


Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan

Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan pada prinsipnya bertujuan untuk membuat bahan makanan menjadi tahan lama, atau dengan perkataan lain bertujuan untuk pengawetan bahan makanan. Pengendalian mikroorganisme berarti mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat berarti membunuh atau menghambat pertumbuhan itu sendiri. Biasanya tindakan ini dilakukan dengan perlakuan fisik atau perlakuan kimia. Perlakuan fisik dapat dilakukan dengan cara perlakuan termal, perlakuan pengeringan dan perlakuan penyinaran (iradiasi). Perlakuan termal terdiri dari suhu rendah, yaitu pendinginan dan pembekuan, dan suhu tinggi/pemanasan yang dapat berupa pasteurisasi atau sterilisasi. Perlakuan pengeringan dapat dilakukan dengan cara pengeringan atau cara pengeringan beku. Perlakuan penyinaran dapat dilakukan dengan sinar ultraviolet dan ionisasi (sinar röntgen, sinar gamma, sinar elektron). Perlakuan kimia dapat dilakukan dengan cara penggaraman, curing, pengasaman, pengasapan dan pemberian bahan pengawet.


Perlakuan termal

Suhu merupakan faktor ekstrinsik yang penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Dibandingkan dengan mahluk tingkat tinggi, mikroorganisme memiliki rentang pertumbuhan yang sangat lebar (kira-kira – 15 s/d 90 °C). Pada suhu rendah, pertumbuhannya akan berhenti, sedangkan pada suhu tinggi organisme ini akan mati. Pada kedua situasi di atas, terkait proses terjadinya metabolisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan bahan makanan. Karena proses enzimatik juga bergantung pada suhu, maka perlakuan dengan suhu ekstrim akan menyebabkan pengawetan hampir seluruh bahan makanan.

Suhu rendah

Suhu rendah tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat perkembangbiakannya. Dengan demikian pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang seiring dengan semakin rendahnya suhu, dan akhirnya di bawah “suhu pertumbuhan minimum” perkembangbiakannya akan berhenti.

Suhu pertumbuhan minimum yang tertera dalam Tabel 1 hanyalah angka perkiraan dan secara eksperimental hanya berlaku untuk beberapa strain dari spesies tertentu dan tidak dapat berlaku umum. Pada penyimpanan bahan makanan dalam suhu beku, proses pembusukan oleh mikroorganisme masih dapat terjadi walau sangat diperlambat. Proses kerusakan baru dapat dihentikan pada suhu di bawah -18°C.

Suhu minimal hanya berlaku bila dalam keadaan lingkungan yang optimal. Adanya perubahan sedikit saja pada nilai aw atau pH telah dapat menyebabkan peningkatan suhu pertumbuhan secara drastis. Contohnya adalah Enterobacter aerogenes yang memiliki suhu pertumbuhan minimal sebesar 5 °C apabila angka aktivitas airnya optimal yaitu di atas 0,97. Pada nilai aw sebesar 0,955 pertumbuhannya berhenti pada suhu sekitar 20 °C , dan pada aw 0,950 pertumbuhan berhenti pada suhu 30 . Pada uji mikroorganisme yang sama, terjadi peningkatan suhu pertumbuhan minimal menjadi 15 °C ketika terjadi penurunan pH dari pH optimal 7 menjadi 3,9. Pada beberapa mikroorganisme, suhu rendah dapat pula menyebabkan aktivitas enzimatik menjadi intensif. Pseudomonas lebih banyak menghasilkan lipase dan proteinase pada suhu di bawah suhu optimum pertumbuhannya. Hal ini dapat menjelaskan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa perubahan akibat kerja mikroorganisme dalam bahan makanan sering terjadi walau jumlah mikroorganisme tidak melebihi jumlah yang diperbolehkan. Pada fase eksponensial, mikroorganisme sangat peka terhadap suhu rendah, khususnya Enterobacter dan Pseudomonas, sedangkan bakteri Gram positif nampaknya lebih tahan. Pembekuan sedikit banyak membuat kerusakan mikroorganisme. Kerusakan ini dapat bersifat reversibel maupun menyebabkan kematian sel bakteri. Kerusakan ini bergantung pada jenis dan kecepatan proses pembekuan. Pembekuan cepat dengan suhu sangat rendah tidak atau hanya sedikit membuat kerusakan sel bakteri, sedangkan pembekuan lambat dengan suhu pembekuan relatif tinggi (s/d –10 °C) dapat membuat kerusakan hebat pada sel bakteri. Hal ini didukung pada kenyataan bahwa laju kematian bakteri meningkat dengan semakin meningkatnya suhu mendekati titik nol. Dalam suatu uji kultur diperoleh hasil bahwa setelah disimpan selama 220 hari dalam suhu –10 °C hanya tinggal 2,5 % sel bakteri yang masih hidup, sedangkan yang disimpan pada suhu –20 °C masih ada 50 % sel bakteri yang hidup. Pada suhu –4 s/d – 10 °C angka kematian sangat tinggi. Meskipun demikian hal ini dalam prakteknya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme pada bahan makanan yang dibekukan karena pada suhu ini mikroorganisme psikrofil tertentu masih dapat berkembangbiak dan juga perombakan kimiawi masih berjalan sehingga mempengaruhi kualitas bahan makanan. Pengetahuan mengenai proses ini penting karena alasan berikut: Mikroorganisme yang subletal rusak sulit ditemukan pada pemeriksaan kultur bakteriologik. Setelah bahan makanan beku ini dihangatkan dan pada kondisi yang menguntungkan, bakteri ini dapat kembali beraktivitas sehingga seperti halnya pada kasus Salmonella, dapat menjadi ancaman kesehatan konsumen. Oleh karena itu, pada pemeriksaan mikrobiologik bahan makanan yang dibekukan (demikian pula pada produk yang dikeringkan atau dipanaskan), hendaknya memakai metode dan media yang cocok untuk dapat menghidupkan kembali mikroorganisme yang rusak tersebut.

Suhu tinggi

Pengendalian mikroorganisme melalui perlakuan suhu tinggi pada umumnya dilakukan dengan pasteurisasi atau sterilisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu di bawah 100 °C dan tidak akan menyebabkan inaktivasi mikroba dan enzim secara sempurna. Dengan demikian produk yang dipasteurisasi tidak akan bertahan lama bila tidak disertai perlakuan pendinginan atau faktor proses lainnya seperti perubahan aw dan pH. Sterilisasi adalah pemanasan yang dapat menyebabkan inaktivasi mikroba dan enzim sehingga produk dapat tahan lama.
Perlakuan pengeringan

Pengeringan adalah identik dengan pengurangan aktivitas air. Pada aw kurang dari 0,70 pertumbuhan agen penyebab infeksi dan intoksikasi tidak perlu dikuatirkan lagi. Pada produk yang dikeringkan, mikroorganisme berada dalam keadaan “tidur” atau dengan perkataan lain berada dalam fase lag yang diperpanjang. Bila terjadi rekonstruksi (penyerapan air kembali) maka flora yang ada dalam bahan makanan dapat kembali beraktivitas. Secara umum pengeringan dibedakan menjadi pengeringan di bawah tekanan udara dan pengeringan vakum. Proses yang khusus adalah kombinasi antara pembekuan dan penghilangan air dengan atau tanpa vakum. Pengeringan dengan udara dilakukan dalam udara yang bergerak, dalam ruang pengeringan yang dipanaskan, dll.


Perlakuan penyinaran

Dosis penyinaran diukur dengan satuan Gray (Gy). Penyinaran rendah bila dosisnya adalah kurang dari 1 kGy, medium bila < 1-10 kGy, dan tinggi bila lebih dari 10 kGy. Lingkup proses penyinaran (iradiasi) adalah untuk desinfeksi, pemanjangan shelf-life, dekontaminasi dan perbaikan kualitas produk. Keuntungan yang diperoleh adalah pengurangan seminimal mungkin bahan makanan yang hilang akibat proses pengawetan, dan penghematan energi serta keuntungan lainnya. Daging sapi yang mendapat perlakuan iradiasi akan menyebabkan pertumbuhan Psedomonas dan Enterobacteriaceae sangat terhambat tanpa menyebabkan perubahan organoleptik. Shelf life daging mentah yang dikemas vakum dapat diperpanjang. Pada daging babi, iradiasi dengan dosis antara 0,3 – 1,0 kGy dapat membuat inaktivasi Trichinella spiralis.


Perlakuan kimia

Perlakuan yang biasa dilakukan antara lain dengan pemberian garam. Penggaraman ini bertujuan untuk menurunkan aktivitas air dan garam sendiri tidak memiliki pengaruh antimikroba secara langsung. Perlakuan yang lain adalah dengan curing, yaitu perlakuan dengan menggunakan garam dapur dan garam nitrit (natrium nitrit atau kalium nitrit). Perlakuan ini dapat menghambat pertumbuhan dan produksi toxin oleh Clostridium botulinum. Efek utamanya adalah menentukan panjangnya fase lag. Faktor yang mempengaruhi efektivitas nitrit antara lain pH, oksigen, komponen pangan lainnya (konsentrasi garam), pemanasan dan iradiasi. Pengasapan juga merupakan salah satu cara pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan dengan menggunakan metode pengasapan dingin, pengasapan hangat dan pengasapan panas. Pengasaman dan penggunaan bahan pengawet juga lazim dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak merugikan kesehatan selama diberikan dengan dosis yang tepat untuk tujuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Rabu, 06 April 2011

Ucapan

Mulut !
terkadang memang berkata baik, namun tak jarang juga berkata jahat. bahkan mungkin kurang ajar yaa...
dari perkataan yang timbul dari mulut-mulut-mulut selalu saja membuat makna yang ambigu ? kata salah seorang prof. Dr bla bla bla MSC. jaga kalibrasi jika bicara? hmm... tak mengerti apa itu kalibrasi ? silakan anda cari di Om google. pasti jawabannya tak sesuai atau tak nyambung dengan makna yng ditangkap apabila kita sedang bicara, yang diharuskan menjaga kalibrasi...

hari ini ... dikampus, saya mungkin salah bicara sama teman saya. maksud saya cuma ingin bercanda, tapi rupanya si anu tersinggung. *mungkin*
oh... bukan maksud saya sebenarnya.. bukan maksud apa-apa, balas dendam juga bukan. saya bilang murni ingin bercandaaa..
tapi sekali lagi juaga, mungkin si anu marah. fakta yang menjadikan si anu marah adalah : si anu tiba-tiba cuek. ketika pulang saya ucap "duluan yaaa". tapi cuma temannya si anu yang jawab. teman si anu juga teman saya... *berharap mungkin saya dia marah, dan belum marah beneran !

mulut-mulut-mulut... harus dijaga betul-betul ! hiks

Jumat, 01 April 2011

Sebab Anoreksia dia Pergi !

Aku masih belum lupa peristiwa yang terjadi waktu itu. Tak pernah ku bayangkan semua itu benar-benar akan terjadi. Semuanya terjadi begitu cepat. Tak tahu kapan berawal dan tak akan pernah tahu kapan berakhir. Waktu berjalan cepat dan tak akan pernah bisa dihentikan. Kami tak pernah menyadarinya. Kenapa harus dia? Ada milyaran orang di muka bumi ini, tapi mengapa harus dia? Aku menatap cermin yang berada didepan ku seolah memberikan kesan “Kenapa kamu ada disini jika akan pergi?”
Air sungai tak selalu mengalir perlahan. Kadang, tersapu angin dan mendadak berubah deras. Semua kenangan indah nan pahit itu masih jelas teringat di benakku. Bagaikan pemutaran film, semua tergambar jelas dalam pikiranku lagi walau aku sama sekali tidak menginginkannya. Tentang sahabat baikku … Wina.

Semua berawal ketika aku memasuki salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Aku mempunyai teman yang sangat baik. Seorang gadis anak pengusaha kaya yang tak pernah malu berteman dengan ku yang hanya seorang gadis desa yang mencoba mencicipi pendidikan di Jakarta dengan beasiswa yang ku dapat. Dia lebih pendek dariku dan kulitnya putih. Matanya cokelat dan berbadan gemuk, namun memiliki suara yang sangat merdu. Terlihat jauh lebih manis jika dia sedang tersenyum dengan lesung pipit di wajahnya, dia bernama Erwina Aryanti.
Wina, begitulah sebutan untuk memanggilnya. Dialah teman terbaik ku sejak pertama kali aku kuliah. Setidaknya aku menganggap begitu. Selain suara yang merdu, dia juga pandai memainkan piano. Tak heran jika banyak perlombaan sering dimenangkannya. Hal ini berkebalikan dengan ku yang memiliki suara cempreng, namun begitu aku tak pernah malu untuk ikut bernyanyi atau sekedar mencet-mencet piano jika diajak Wina saat dia latihan.

Hari sabtu, seperti biasa Wina datang ke kost untuk heart to heart (dibaca: curhat) denganku. Pasti memceritakan tentang do-re-mi bla bla bla yang tak begitu aku mengerti, karena memang aku tak pandai dalam musik. Meskipun begitu, aku tak pernah bosan untuk menjadi pendengar setianya.
“Assalamualaikum, Nadia…”
Aku segera membuka pintu untuk menemuinya.
“Walaikumsalam,” sahutku.
Aku terkejut saat membuka pintu, ada keanehan yang terlihat saat memandang sahabatku itu. Tak seperti biasanya. Wajah yang terlihat pucat dengan butiran kristal di pipinya. Belum sempat aku bertanya apa yang terjadi, dia langsung memelukku. Tangisnya pecah yang membuat aku semakin binggung.
Selama ini, Wina tak pernah mempermasalahkan dan merasa malu dengan berat badan yang tak ideal untuk tinggi badannya. Tapi sekarang kenapa hal itu menjadi masalah? Sebenarnya, aku merasa kasihan dengan sahabatku itu. Bagaimana tidak, dia sering menjadi bahan olokan teman seangkatan bahkan sekampus dengan berat badannya itu. “Si buntel!” begitulah yang sering mereka ucapkan buat Wina. Tapi Wina, tak pernah menghiraukan dan selalu tersenyum kepada siapa saja yang memanggilnya begitu. Hal itu membuat aku bangga kepadanya. Karena dia secara tidak langsung mengajariku untuk tetap percaya diri dan menerima segala kekurangan yang ada pada diri kita. Akan tetapi, sekarang muncul pertanyaan kenapa dia menangis? Apa benar penyebabnya karena dia tak tahan lagi mendengar olok-olokan itu? Sehingga dia sedih. Merasa malukah dia sekarang? Atau ... ? Entahlah, aku tak tau pasti apa penyebabnya. Karena pertanyaan itu hanya bisa menjadi tanda tanya besar di otakku melihat Wina yang sekarang terus menangis dan hanya berkata “Aku ingin memiliki tubuh kurus seperti mu?”

Satu bulan kemudian, setelah peristiwa heart to heart yang masih menjadi tanda tanya besar di otakku. Kenapa Wina menangis dan berkata ingin sepertiku, memiliki tubuh kurus? Wina berubah 180 derajat baik secara fisik atau perilaku. Sekarang tidak ada lagi sebutan buntel yang dulu pernah ada. Dan tak ada lagi Wina yang periang dan sikap cuek terhadap para penyebut buntel. Yang ada hanya Wina yang bertubuh kurus bahkan terlalu kurus malah dengan wajah yang pucat dan bibir kering. Dan Wina yang sekarang mendadak menjadi pendiam dan tertutup. Melihat keadaan Wina yang seperti itu, menambah rasa penasaranku. Dalam hati aku berkata AKU HARUS BICARA DENGAN WINA !
“Wina, tunggu..?” panggilku saat melihat Wina pergi meninggalkan ruangan. Wina menoleh sebentar untuk melihatku. Sejurus kemudian dia menghilang meninggalkan aku yang masih berdiri dengan rasa penasaraan yang makin menjadi-jadi. “Wina kenapa ya?” pikirku.
Tak berapa lama kemudian handphone ku bergetar. Buru-buru ku buka kotak masuk yang tertera dilayar phonsel. aku kekost jam 4 sore, tunggu yaa...aku tersenyum membaca pesan singkat dari Wina. “Ternyata kamu masih menganggap aku teman”
Tepat pukul 4 sore. Terdengar ketukan pintu dan ucapan salam dari seseorang. “Wina?” Akupun bergegas untuk membukakan pintu.
“Wina… ayo masuk,” ajakku. Wina pun menuruti apa yang ku perintahkan.
Kurang lebih satu jam, Wina belum berkata apa-apa. Semenjak kedatangannya tadi. Akupun ikut diam berharap Wina segera bicara kepadaku.
“Nadia,” panggil Wina
“Eh, iya, apa?” jawabku.
Wina tersenyum.
“Kamu punya impian tidak?” tanyanya dengan nada yang lembut.
Aku berpaling dan menatap dalam-dalam kearahnya. Itu sorot mata yang menunjukkan dia sungguh-sungguh atas pertanyaannya. Aku terdiam, lalu menjawab, “Eee… punya. Aku mau menjadi pramugari, dokter, presiden, atau … entahlah,”
“Aku… selalu bermimpi menjadi penyanyi terkenal. Pemain piano yang hebat. Aku ingin menghibur semua orang dengan nada-nada indah yang ku mainkan. Kemudian pada suatu hari, aku ingin tampil di panggung internasional! Aku juga ingin mengharumkan nama negara ini. AKU INGIN ITU!”
Dia berbicara dengan penuh semangat. Matanya berbinar-binar bagaikan sinar matahari yang terpantul pada tetesan embun pagi hari. Dia menatap langit, menatap impiannya yang akan dia capai suatu hari.
“Suatu saat, Nad, kamu akan melihatku tampil dengan panggung yang spektakuler, dipenuhi dengan jutaan pengermarku. Tentunya dengan badanku yang kurus pada hari itu”. Suaranya melemah saat mengucapkan kaliamt terakhir. Namun, aku masih mendengar apa yang ia ucapkan. Badanku yang kurus? Apa maksudnya? Kemudian akupun bertanya “Kamu diet?” Dia menoleh, menatapku lama dan kemudian menganggukan kepala.
“Kamu lihat sekarang Nad, apa aku berhasil menurunkan berat badanku?” tanya Wina sambil menunjukkan tubuhnya yang tak buntel lagi.
“Yaa… berhasil. Dan saking berhasilnya, kamu terlihat seperti tengkorak!” ketusku berharap Wina tersinggung agar berhenti untuk diet. Tapi nyatanya tidak, Wina tersenyum dan berkata “Ini belum seberapa, aku masih merasa buntel?” jawabnya polos, sambil mengelengkan kepala akupun cuma bisa berhah yang menandakan aku benar-benar tak mengerti apa yang salah dengan pikiran temanku itu. Sehingga berat badan 35 kg dengan tinggi 165 cm masih dianggap buntel ! Oh my god Najemii…
Malam harinya, saat hampir terlelap, aku teringat sesuatu hal yang membuat aku sadar akan perkataan Wina yang ingin memiliki tubuh kurus. Terlintas dipikiranku, apa mungkin Wina menjadi seorang Anoreksia? Dengan perasaan binggung aku berharap bahwa pikiranku itu akan salah.

Minggu yang cerah, aku sedang menikmati liburan akhir pekan setelah seminggu disibukkan dengan rutinitas kampus. Tanpa sengaja aku melihat bulatan merah melingkari tanggal 27 Maret. Wina B’day. “Oh my god najemii… hampir saja aku lupa dengan ultah Wina”. Akupun bersiap untuk pergi ke toko pelangi yang menjual berbagai pernak-pernik kebutuhan remaja yang berada tak jauh dengan kost tempatku tinggal.
Setelah membelikan kotak musik yang berwarna pink, akupun langsung pergi ke rumah Wina, tak sabar untuk memberikan hadiah ini untuknya. Meski ulang tahunnya esok hari.
Tok tok tok… “ Assalamualaikum” ucapku
Terdengar langkah mendekati pintu.
“Walaikumsalam” jawab pembantu rumah Wina.
“Winanya ada mba?” tanyaku kepada pembantu rumah Wina yang sering dipanggil mba Ira. Dengan tergagap-gagap mba Ira berkata “Eee… anu Non. Eee.. Non Winanya sekarang berada di rumah sakit,”
“Apa? Rumah sakit?”
“Iya Non, tadi pagi tiba-tiba saja Non Wina pingsan. Ibu dan bapak langsung membawa Non Wina kerumah sakit takut kalo terjadi sesuatu dengan Non Wina?” mendengar perkataan mba Ira, akupun langsung pamit dan bergegas pergi menuju rumah sakit.
Aku gemetar, kakiku pun lemas. Rasa khawatir yang begitu kuat dan dalam menyerangku. Setiap melangkah, aku merasakan kekhawatiran yang terus bertambah. Air mataku jatuh perlahan.
Ketika sampai dirumah sakit, aku mendapati orang tua Wina dengan raut wajah yang diliputi dengan kecemasan. Menunggu hasil pemeriksaan dari dokter.
“Tante...” panggilku. Tante Linda menoleh dan kemudian memelukku. Tangisnya pecah seketika.
“Tante yang sabar yaa...” aku mencoba menenangkan tante Linda. Padahal aku sendiri merasa sangat khawatir. Memikirkan seandainya jika benar-benar Wina meninggal, dia tak akan bisa meraih impiannya. Impian menjadi seorang penyanyi sekaligus pemain piano terhebat. Dia belum boleh meninggal! Masih ada impian yang harus dia kejar. Jika dia tak bisa meraih impiannya itu, aku sebagai sahabat pasti merasa sakit, sesakit-sakitnya. Itu yang dari tadi ada di pikiranku. Namun, aku teringat kembali perkataan orang tuaku. Kita tidak bisa melawan takdir. Apa pun yang ada di dunia ini, bahkan nyawa kita, adalah milik Allah semata. Kita tidak bisa mengatakan tidak ingin Wina meninggal sekarang karena Allah-lah yang memutuskan. Aku kemudian berdoa, memohon keselamatan Wina.
Setelah berdoa, aku berdzikir. Pemeriksaan berlanjut, lalu dokter keluar dari ruangan. Kami semua menunggu dokter berbicara, “Wina mengalami depresi yang berat. Dia dinyatakan sebagai pasien penderita Anoreksia nervosa, dan mungkin umurnya tak lama lagi,” begitulah pemberitahuan dari dokter kemudian.
Anorexsia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stress dari melakukan kegiatan. Atau Anorexia nervosa dapat diartikan sebagai gangguan makan karena adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan ditandai oleh penurunan berat badan yang yang ekstrim dengan cara sengaja melaparkan diri.
Mendengar kata Anorexsia nervosa kepalaku seakan dihujani dengan beribu-ribu paku tajam yang siap menancap di kepalaku. Bibir ini gemetar, tak sanggup rasanya mengucapkan langsung kata Anorexsia nervosa. Kemudian perlahan kakiku mulai melangkah, memasuki sebuah ruangan yang berwarna putih. Terlihat seseorang dengan tubuhnya yang sangat kurus terbaring di tempat tidur. Lemas, tak berdaya dengan mata yang masih terpejam. Rupanya Wina masih belum sadarkan diri. Mukanya memerah dan bibir yang membiru. Aku berdiri disampingnya.
Tiba-tiba, Wina menggenggam tanganku. Aku kaget, dia rupanya sudah sedikit sadar. Walau sepertinya sangat sulit untuk berbicara. Tapi dia berusaha mati-matian untuk menyampaikan sesuatu kepadaku. Genggaman tangannya tak seperti biasa. Lemas dan tak bertenaga.
“Nad, Nadia ….” suaranya terdengar sangat lemah.
“Wina, kamu pasti kuat! Kamu pasti akan sembuh. Kamu pasti bisa, asalkan kamu janji padaku untuk menghentikan program diet itu. Kamu mau ya?” ujarku menahan pahit.
Dia tersenyum lemah menatapku.
“Nadia... aku hanya ingin memiliki tubuh kurus sepertimu. Sehingga semua orang tak lagi mempermasalahkan penampilanku, terlebih olok-olokan itu ....”
Suaranya semakin lama, semakin lemah. Aku menggenggam tangannya erat-erat dan menatapnya dengan tatapan yang serius.
“Wina, apa kamu tahu, sebenarnya selama ini kamu telah mengajariku akan arti apa adanya. Melalui sikap cuek dan senyum yang kau tunjukkan kepada semua orang selama ini. Kamu terlihat sangat percaya diri. Aku bangga padamu Win. Sangat bangga. Tapi sekarang semua berbeda, kamu telah berubah. Kamu patahkan rasa banggaku dengan ego mu itu. Dengan keinginanmu yang menurut aku sudah kelewat batas. Harusnya kamu sadar!” amarahku keluar dengan tangisan yang semakin keras.
“Maafkan aku Nad, aku memang sahabat yang payah buatmu. Aku harap kita akan selalu menjadi ….”
Itu kata-kata terakhir yang Wina ucapkan. Tanpa tahu kelanjutan kata yang ingin di ucapkannya apa?
“Tidak, Win! Kamu tak akan meninggal. Wina! Wina! Banguun ….Wina!” Aku merasakannya, tubuhnya terasa dingin dan jantungnya tak berdetak lagi.
“TIDAAAK! Wina, bangun! Bangun! Jangan tinggalkan aku Win. WINAAA!”
Aku berteriak-teriak sambil menangis sekeras-kerasnya. Air mataku tumpah ruah membanjiri lantai. Aku menguncang-guncang tubuh Wina, berharap Wina akan bangun. Kutatap wajahnya yang pucat dan menggenggam erat tangannya.
Aku menjerit.
“WAAA!”




Aku terus menangis sejak dari rumah sakit sampai mengantarkan jasad Wina ke kubur. Tak pernah sedetik pun, aku tidak memikirkannya. Aku tak bisa mempercayai semua ini. Wina yang menjadi sahabat baikku, pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Saat Wina diantar ke kuburnya, itulah terakhir kali aku melihatnya. Aku benar-benar tak kuat menahan semuai ini. Ketika semua orang telah pergi, aku masih tinggal di samping kuburanya. Aku masih belum bisa beranjak satu langkah pun. Aku berlutut, memegang nisan yang bertulis nama Wina disana. Sambil meletakkan kotak musik sebagai hadiah ulang-tahunnya, akupun mengatakan selamat ulang tahun kepadanya.
“Selamat ulang tahun Wina… semoga kamu tenang di alam sana”.

Pena : Youly An Raidris

Kamis, 31 Maret 2011

gaje

PENDAHULUAN
Landasan Teori
Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum ditemukan plastic dan aluminium foil. Saat ini kemasaan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastic dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaanya luas. Kelemahan kertas dalam mengemas bahan kemasan adalah sifatnya yang sensitive terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Pengemas kertas yang Fleksibel adalah kemasan dengan jenis kertas yang kasar, dimana digunakan untuk mengemas suatu bahan. Sedangkan pengemas kertas yang kaku adalah kemasan dengan jenis kertas yang lunak, dimana digunakan untuk buku dan sampul atau dalam bentuk karton dan kotak.
Kertas Perkamen
Sifat-sifat kertas ini adalah mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan basah yang baik walaupun dalam air yang mendidih, permukaan bebas serat, tidak berbau dan tidak berasa, transparan dan tidak mempunyai daya hambat yang baik gas. Kertas ini sering digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti mentega, margarine, biscuit yang berkadar lemak yang tinggi, keju, ikan (basah, kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak), hasil ternak yang lain, the dan kopi.
Kertas Glassin dan Kertas Tahan Lemak (grease prooft)
Kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas ini digunakan sebagai bahan dasar laminat.
Kertas Lilin (waxed paper)
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak / oli dan daya rekat panasnya baik. Kertas lilin ini digunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun, tembakau dan lain-lain.
Kertas Plastik
Kertas ini memiliki karakteristik yaitu, daya sobek dan ketahanan lipat yang baik, daya kaku lebih kecil, tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi kapang, tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban dan dapat dicetak dengan suhu pencetakan yang tidak terlalu tinggi. Kertas ini disebut juga sebagai kertas sintetis.
Daluang (Container board)
Kertas ini banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur. Dengan jenis line board dan corrugated medium.
Tyvek
Kertas ini memiliki sifat tahan terhadap kotoran bahan kimia, bebas dari kontaminasi kapang, mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri ke dalam kemasan, no grain yaitu tidak menyusut atau mengembung bila terjadi perubahan kelembaban dan mempunyai permukaan yang licin dengan derajat keputihan yang baik dan kuat. Kertas ini sering digunakan untuk kertas fhoto.
Kertas Soluble
Kertas ini memiliki sifat yang kuat dan tidak terpengaruh dengan kelembaban tetapi mudah larut dalam air. Kertas soluble ini digunakan untuk tulisan dan oleh FDA (food and Drug Administration) tidak boleh digunakan untuk pangan.
Chipboard
Kertas ini terbuat dari bahan kertas Koran bekas dan sisa-sisa. Kertas ini dapat digunakan sebagai pembungkus dengan daya rentang yang rendah, atau bisa digunakan sebagai bantalan pada barang pecah belah.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal berbagai jenis kertas, jenis kemasan kertas bentuk karton dan corrugated bok. Dan agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat kertas.
TATA CARA PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin pukul 16.00-18.00 bertempat di ruang Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian (PHP), Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi : Berbagai jenis kertas (kertas minyak, kertas roti, kraft dll), karton lipat, folding box dan corrugated box.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi : Alat micrometer, jangka sorong, penggaris dan timbangan.

Prosedur Kerja
Identifikasi Jenis Kertas

Diidentifikasi masing-masing contoh jenis kertas

Diidentifikasi fungsi kemasan berdasarkan kontak kemasan dengan produk

Hasil Pengamatan

Penentuan Gramatur dan Densitas Kertas

Digunakan bahan berukuran 10 x 10 cm

Ditimbang contoh bahan

A


A

Dibagi bobot dengan luas bahan melalui persamaan : Gramatur (g/m^(2 ) )= (bobot contoh gr)/(100 〖cm〗^2 ) × (1000 〖cm〗^2)/(1 m^2 )

Dibagi gramatur contoh bahan dengan tebal bahan. Untuk mendapatkan densitas

Diukur tebal bahan dengan menggunakan micrometer sekrup dilima tempat berbeda dan dirata-ratakan



Penentuan Daya Serap Kertas Terhadap Air

Ditimbang bobot awal kertas dengan diameter 10 cm

Direndam pada air 100 ml selama 10 menit

Dikering anginkan

Ditimbang kembali beratnya

Dihitung jumlah air yang diserap oleh kertas per satuan luas (g/m2 menit ). Pengujian dilakukan sebanyak dua kali


Pembuatan Pola Kertas



Digambar pola lipat pada karton

Digambar putus-putus untuk bagian lipatan

Hasil Pengamatan
























HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Identifikasi Jenis Kertas

No. Nama Produk Jenis Kertas Fungsi Kemasan Berdasarkan Kontak Kemasan
1. Pepsodent Karton Sekunder
2. Therapain Karton Sekunder
3. Sariwangi Karton Sekunder
4. Tropicana Slim Karton Sekunder
5. Rotiboy Lilin Primer
6. The Hijau Karton Sekunder
7. Frestea Green Tetrapack Primer
8. The Kotak Tetrapack Primer
9. Rokok Mild Karton Sekunder
10. Milo Tetrapack Primer
11. Permen Mentos - Sekunder
12. Susu Ultra Milk Tetrapack Primer

Daya Serap Kemasan

No. Nama Produk Berat Awal
Berat Akhir
Jumlah Air yang Diserap

I II I II I II
1. Ultra Milk 0,5917 0,5947 0,6148 0,6916
2. Aralgasik 0,7758 0,7035 1,9392 1,9249
3. The Kotak 0,7405 0,6890 0,8066 0,8242
4. Pepsodent 0,7247 0,7791 1,6497 1,4510
5. Rotiboy 0,1264 0,2166 0,3269 0,2223
6. Tropicana Slim 0,8177 0,8478 1,4720 1,6945
7. Rokok Sampoerna 0,45080 0,4497 1,0331 0,9911

Pembuatan Pola Karton Lipat

No Nama Produk Gambar Pola Lipat




1.



Rokok Sampoerna






2.




Kemasan Ultra Milk





3.



Kemasan Therapain





4.



Kemasan The Hijau





5.



Kemasan The Kotak





6.


Kemasan Tropicana Slim




7.


Kemasan Rotiboy


Pembahasan










SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :

Saran
Saran yaitu


























DAFTAR PUSTAKA